Kamis, 21 Maret 2019

PERAN KEPEMIMPINAN SUAMI DALAM ISLAM



Peran kepemimpinan suami dalam islam, saya dapat dari Ustazah Aan Rohana di acara hadistul khamis yang merupakan tayangan live streaming. Hari ini saya coba utk menuliskan kembali agar ilmu ini lebih bermanfaat dan berkah untuk saya juga untuk pembaca sekalian.
Kepemimpinan suami dalam islam bukan kemauannya namun merupakan perintah dari Allah dan RasulNya. Istri tanpa bimbingan nasehat suami akan sulit untuk menjadi imama muttaqin.
Didalam Alquran Surat Annisa suami mempunyai kedudukan sebagai pemimpin. Dalam konsep keluarga islami suami dan istri memiliki level yang tidak sama.
"Suami pemimpin dalam keluarganya dan Ia bertanggung jawab atas keluarganya" (hadist).
Kepemimpinan dalam keluarga adalah amanah Allah dan RasulNya, jika ada seorang suami yang tidak melaksanakan peran kepemimpinan, maka tugas istri untuk mengingatkannya.
Adapun makna Qawwam (kepemimpinan) dalam surat An-nisa:
1. Suami harus mengatur keluarga kapan rumah itu bisa sebagai sekolah, sebagai mesjid. Suami dapat mengatur dan mengajarkan adab-adab islam didalam rumah.
2. Mendidik dan membimbing keluarga.
Jika istri belum tahu tentang suatu ilmu yang terkait dengan adab islam misalnya maka tugas suami untuk mendidik dan membimbingnya. Sekalipun seorang istri sudah baik maka tetap saja ia perlu bimbingan dari suaminya. Kita dapat mengambil pelajaran dari kisah Zaid bin Haritsah mendidik dan membimbing Ummu Aiman istrinya. Lahirlah anak-anak yang sholeh dan kuat seperti Usamah bin Zaid juga Aiman. Aiman berperang di barisan terdepan di perang Hunain menjaga Rasulullah saw. Dan Usamah bin zaid yang menjadi panglima perang di usia muda. Ini semua peran seorang Ibu dalam mendidik anaknya dan di bawah bimbingan suami tercinta.
Kisah Ummu Sulaim (Ibu Anas bin Malik). Istri Abu Thalhah yang menikah dengan mahar syahadah. Suatu hari ketika Rasulullah saw kehadiran tamu dimalam hari. Abu Thalhah yang siap bersedia menjamu tamu Rasulullah saw. Padahal di rumahnya hanya ada makanan untuk anak mereka yang paling kecil. Maka Abu Thalhah meminta ummu Sulaim untuk menidurkan anaknya dan mematikan lampu ketika menjamu tamu agar tamu tidak mengetahui bahwa mereka tidak makan. Ini bentuk bimbingan seorang suami kepada istrinya.
3. Melindungi keluarga dunia akhirat. Dalam surat At Thahrim Allah memerintahkan untuk "Kuu anfusakum wa ahliikum naara". Menjaga diri dan keluarga dari api neraka.
4. Mewujudkan keluarga yang memiliki komitmen yang tinggi terhadap nilai-nilai islam, agar jauh dari maksiat. Tugas Qawwam bisa menjamin keluarganya berada di surga.
Sebagaimana yang di contohkan oleh Rasulullah saw. Istri-istri Rasulullah adalah istri-istri yang terbaik akhlaknya dalam menjaga nilai-nilai islam.
Dalam surat 19: 54-55, kisah Nabi Ismail as yang menyeru keluarganya untuk shalat di awal waktu.
5. Memberikan nafkah kepada keluarga.
Tugas seorang suami untuk menafkahi keluarganya. Ini menjadi kewajiban baginya. Jika seorang suami mempunyai keterbatasan dalam hal ini. Mungkin karena sakit, maka menjadi amal shaleh bagi istri jika membantunya.
Untuk melakukan tugas keqawwamannya maka seorang suami harus memiliki beberapa hal sebagai berikut:
1. Suami harus lebih shaleh dari istrinya dan keluarganya
2. Sangat akrab dengan AlQuran, suami harus menjadi teladan. Akrab dalam membaca dan mengamalkannya.
3. Orang yang paling paham dengan hadist Rasulullah saw. Di rumah harus ada buku hadist Arbain, Imam Nawawi. Hadist Riyadus sholihin. Walaupun tidak di hafal namun paham isinya.
4. Lebih dahulu hijrahnya dari yang lain. Orang yang beriman yang hijrahnya lebih dahulu dan berjuang di jalan Allah lebih dahulu adalah suami. Lebih dahulu dalam berbuat kebaikan.
5. Bergaul dengan keluarga dengan cara yang baik. Dengan cinta dan kasih sayang dan berinteraksi dengan adab yang baik.
Rasulullah saw bersabda " khairukum khairukum li ahlihi" sebaik-baik kalian adalah yang paling baik terhadap keluarganya. Ini arahan dari Rasulullah saw agar setiap suami harus menjadi terbaik. Sabar arif dan bijaksana pada keluarganya.
Istri mempunyai tugas mendorong suaminya menjadi yang terbaik.
6. Memiliki visi keluarga
Apa visi kita berkeluarga. Didalam surat AlFurqan :74, untuk menjadi qurrata a'yun sekaligus imam bagi orang-orang yang bertakwa.
7. Bertanggung jawab dunia akhirat Qs AtTahrim:6. Jika suami tidak bertanggung jawab, kemungkinan istri juga tidak bertanggung jawab pada anak.
Kebahagiaan istri jika ruhaninya bahagia maka ia dapat merasakan kenikmatan iman, islam dan beribadah. Hidupnya Hati ruhani, jika bisa memenuhi panggilan Allah dan RasulNya. Jika suami dapat melaksanakan tugas keqawwaman nya membuat istri bahagia maka Ia akan bahagia didunia dan akhirat..
Jika hatinya, jiwanya kaya maka ketika takdirnya ia mendapat kekurangan maka ia pun akan bahagia. Jika takdirnya ia mendapat kelebihan maka ia pun berbahagia.
" Barang siapa yang berkeluarga untuk mendapat Ridha Allah maka ia akan bahagia"
8. Amanah, arif, bijaksana, sabar dan tegar.
Seorang suami harus amanah agar tidak banyak masalah. Kayakan hati dan jiwa istri agar siap menerima takdir apapun. Seorang suami harus mempunyai kepribadian yang kuat dalam islam. Ketika seorang suami mempunyai kepribadian yang kut maka apapun yang ia katakan mka istri pasti akan menurutinya.
9. Dapat bermitra dengan istri. Ada pembagian tugas dalam keluarga. Mitra dalam berumah tangga juga dalam berdakwah. Kata Rasulullah saw." Istri mitra suaminya" . Ini yang akan menjadikan rumah tangga Harmonis.
Lalu mengapa suami dijadikan pemimpin dalam keluarga:
1. Sifat fisik dan psikisnya yang kuat.
2. Mampu melakukan tugas memberi nafkah.
3. Kepemimpinan terhadap istri sudah diserahkan orangtua istri kepada menantunya (suami) saat ijab qabul.
Keutamaan suami:
1. Mendapat pahala bagaikan seorang mujahid yang berperang di jalan Allah. Saat keluar rumah bekerja lelahnya menjadi pahala seperti pahala seorang mujahid.
2. Mendapatkan pahala sedekah jariyah.
Ilmunya yang diberikan kepada anak dan istri akan menjadi sedekah jariyah.
3. Mendapatkan pahala sebanyak pahala orang yang mengamalkannya.
4. Pembawa hidayah untuk keluarganya.
5. Mendapat pahala yang sangat besar.
"Dinar yang engkau infakkan di jalan Allah dan dinar yang kau keluarkan untuk membebaskan budak, juga dinar untuk orang miskin dan yang engkau berikan kepada keluargamu. Maka pahala yang lebih besar adalah dinar yang kau berikan untuk keluargamu." Sabda Rasulullah saw.




Tidak ada komentar:

Posting Komentar

APA KABAR JIWA

Apa kabar Jiwa Masihkah kau terwarnai  dengan bekasan teduh Ramadhan Atau engkau tak sadar   pergi sedikit menjauh dari semangat  yang kau p...